Sabtu, 24 November 2012

Kebudayaan Daerah di Indonesia: Kebudayaan Banten

Kebudayaan Banten

Banyak para ahli mendefinisikan kebudayaan yang secara redaksional dan mungkin substansial berbeda satu sama lain. Kaitan dengan upaya agar mudah melihat kebudayaan Banten, konsep kebudayaan yang kiranya sederhana ialah yang dikemukakan oleh Dr. Koentjaaningrat. Ia menyatakan bahwa kebudayaan ialah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Definisi ini menunjukkan dengan jelas bahwa kebudayaan itu meliputi dimensi gagasan (sebagai aspek ideal yang tidak terlihat), dimensi perbuatan (tindakan) (sebagai aspek faktual yang dapat dilihat), dan dimensi hasil karya (sebagai aspek fisik yang dapat dilihat dan diamati berulang kali).

Dari ketiga dimensi tersebut yang bisa dikenali secara langsung adalah kebudayaan pada dimensi fisik dan perbuatan (kelakuan). Kemudian diperlukan juga kejelasan pada unsur apa dua dimensi tersebut diamati. Yang paling mungkin ialah pada unsur-unsur kebudayaan yang menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur, yaitu:
1.      Bahasa
2.      Sistem Pengetahuan
3.      Organisasi Sosial
4.      Sistem Religi
5.      Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
6.      Sistem Mata Pencaharian Hidup
7.      Kesenian

Banten sebagai komunitas kultural sebagaimana dinyatakan di atas, tentu dengan kebudayaannya itu dapat diamati melalui unsur-unsur kebudayaannya, khususnya pada dimensi fisik atau kelakuan (perbuatan). Unsur-unsur kebudayaan tersebut memang ada pada kebudayaan Banten yang berarti bahwa Banten sebagai komunitas kultural. Pengamatan untuk ini dilakukan dengan melihat sisi-sisi tradisi dan sisa-sisa peninggalan fisik (artefak) di Banten yang secara simbolik dapat diinterpretasi. Apalagi sisa-sisa tradisi dan sisa-sisa peninggalan fisik itu menurut Ambari, sarat dengan ciri dan pengaruh Islam.



v   Budaya Banten dan Perubahan-perubahannya
Melalui unsur-unsur kebudayaan, kiranya dapat digambarkan keberadaan Banten dari masa pertama dan perkembangannya kini. Secara deskriptif dapat dikemukakan sbb:

1.    Bahasa
Sebelum kedatangan Syarif Hidayatullah di Banten bahasa penduduk yang pusat kekuasaan politiknya di Banten Girang, adalah bahasa Sunda. Sedangkan bahasa Jawa, dibawa oleh Syarif Hidayatullah, kemudian oleh puteranya, Hasanuddin, berbarengan dengan penyebaran agama Islam. Dalam kontak budaya yang terjadi, bahasa Sunda dan bahasa Jawa itu saling mempengaruhi yang pada gilirannya membentuk bahasa Jawa dengan dialek tersendiri dan bahasa Sunda juga dengan dialeknya sendiri. Artinya, bahasa Jawa lepas dari induknya (Demak, Solo, dan Yogya) dan bahasa Sunda juga terputus dengan pengembangannya di Priangan sehingga membentuk bahasa sunda dengan dialeknya sendiri pula; kita lihat misalnya di daerah-daerah Tangerang, Carenang, Cikande, dan lain-lain, selain di Banten bagian Selatan.
Bahasa Jawa yang pada permulaan abad ke-17 mulai tumbuh dan berkembang di Banten, bahkan menjadi bahasa resmi keraton termasuk pada pusat-pusat pemerintahan di daerah-daerah. Sesungguhnya pengaruh keraton itulah yang telah menyebabkan bahasa Jawa dapat berkembang dengan pesat di daerah Banten Utara. Dengan demikian lambat laun pengaruh keraton telah membentuk masyarakat berbahasa Jawa. Pada akhirnya, bahasa Jawa Banten tetap berkembang meskipun keraton tiada lagi.
Bahasa Jawa dimaksud dalam pengungakapannya menggunakan tulisan Arab (Pegon)  seperti kita temukan pada manuskript, babad, dan dokumen-dokumen tertentu. Penggunaan huruf Arab (Pegon) didorong oleh dan disebabkan karena:

Penggunaan aksara lama terdesak oleh huruf Arab setelah Islamisasi.
Huruf Arab menjadi sarana komunikasi kaum maju, sedangkan aksara menjadi alat komunikasi kaum elit/lama/feodal, ditambah pihak kolonial yang mengutamakan aksara jawa. Kaum maju tersebut adalah masyarakat pemberontak, atau setidak-tidaknya tidak setuju dengan adanya penguasaan asing sehingga huruf Arab dipergunakan sebagai sarana lebih aman dan juga rahasia.
Di lain pihak, terutama kaum lama, penggunan huruf Pegon memberikan corak Islam dalam tulisan yang tidak selalu bersifat Islam, sehingga lebih aman beredar/mengisi permintaan rakyat.
Untuk mempermudah kajian dan penelitian isi, terutama masalah-masalah hukum, huruf Arab lalu disalin ke dalam tulisan (huruf) latin sebelum kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa lain, terutama Belanda. Bahasa Jawa dengan tulisan latin itu merupakan perkembangan kemudian karena pada aslinya menggunakan tulisan Arab. Demikian pula perkembangan perbendaharaan kata dipengaruhi oleh lingkungan bahasa Sunda, bahasa Arab, dan bahasa lain. Pada jaman penjajahan Belanda, ada juga pengaruh bahasa Belanda yang masuk ke dalam bahasa Jawa, misalnya sekola, yang semula ginau. Pada perkembangan sekarang, bahasa Jawa Banten ternyata juga dipengaruhi oleh bahasa Indonesia; mungkin demikian seterusnya, tetapi bahasa ini akan tetap ada sesuai dengan keberadaan pendukungnya.

2.    Sistem Pengetahuan
Pengetahuan manusia merupakan akumulasi dari tangkapannya terhadap nilai-nilai yang diacu dan dipahami, misalnya agama, kebiasaan, dan aturan-aturan. Pengetahuan manusia tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan dengan elemen-elemen lain, dan karena itu maka disebut sistem pengetahuan. Salah satu (sistem) pengetahuan sebagai salah satu unsur kebudayaan Banten adalah misalnya pengetahuan tentang kosmologi (alam semesta). Pada fase perkembangan awal pengetahuan tentang kosmologi orang Banten adalah bahwa alam ini milik Gusti Pangeran yang dititipkan kepada Sultan yang berpangkat Wali setelah Nabi. Karena itu hierarchi Sultan adalah suci.
Gusti Pangeran itu mempunyai kekuatan yang luar biasa yang sebagian kecil dari kekuatannya itu diberikan kepada manusia melalui pendekatan diri. Yang mengetahui formula-formula pendekatan diri untuk memperoleh kekuatan itu adalah para Sultan dan para Wali, karena itu Sultan dan para Wali itu sakti. Kesaktian Sultan dan para wali itu dapat disebarkan kepada keturunan dan kepada siapa saja yang berguru (mengabdi).
Pengetahuan yang berakar pada kosmologi tersebut masih ada sampai kini sehingga teridentifikasi dalam pengetahuan magis. Mungkin dalam perkembangan kelak tidak bisa diprediksi menjadi hilang, bahkan mungkin menjadi alternartif bersama-sama dengan (sistem) pengetahuan yang lain.

3.    Organisasi Sosial
Yang dimaksud dengan organisasi sosial adalah suatu sistem dimana manusia sebagai mahluk sosial berinteraksi. Adanya organisasi sosial itu karena ada ketundukan terhadap pranata sosial yang diartikan oleh Suparlan sebagai seperangkat aturan-aturan yang berkenaan dengan kedudukan dan penggolongan dalam suatu struktur yang mencakup suatu satuan kehidupan sosial, dan mengatur peranan serta berbagai hubungan kedudukan, dan peranan dalam tindakan-tindakan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Di antara bentuk organisasi sosial di Banten adalah stratifikasi sosial. Pada awal di jaman Kesultanan, lapisan atas dalam stratifikasi sosial adalah pada Sultan dan keluarganya/keturunannya sebagai lapisan bangsawan. Kemudian para pejabat kesultanan, dan akhirnya rakyat biasa. Pada perkembangan selanjutnya, hilangnya kesultanan, yang sebagian peranannya beralih pada Kiyai (kaum spiritual), dalam stratifikasi sosial merekalah yang ada pada lapisan atas. Jika peranan itu berpindah kepada kelompok lain, maka berpindah pulalah lapisan itu.

4.    Sistem Religi
Yang dimaksud dengan sistem religi adalah hubungan antar elemen-elemen dalam upacara agama. Agama Islam sebagai agama resmi keraton dan keseluruhan wilayah kesultanan, dalam upacara-upacaranya mempunyai sistem sendiri, yang meliputi peralatan upacara, pelaku upacara, dan jalannya upacara. Misalnya dalam upacara Salat, ada peralatan-peralannya dari sejak mesjid, bedug, tongtong, menara, mimbar, mihrab, padasan (pekulen), dan lain-lain. Demikian pula ada pelakunya, dari sejak Imam, makmum, tukang Adzan, berbusana, dan lain-lain; sampai kemudian tata cara upacaranya.
Di jaman kesultanan, Imam sebagai pemimpin upacara Salat itu adalah Sultan sendiri yang pada transformasinya kemudian diserahkan kepada Kadi. Pada perubahan dengan tidak ada sultan, maka upacara agama berpindah kepemimpinannya kepada kiyai. Perkembangan selanjutnya bisa jadi berubah karena transformasi peranan yang terjadi.

5.    Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Kehidupan masyarakat memang memerlukan peralatan dan teknologi. Memperhatikan paralatan hidup dan teknologi dalam kebudayaan Banten, dapat diperoleh informasinya dari peninggalan masa lalu. Salah satu diantaranya misalnya relief, penemuan benda-benda arkeologis, dan catatan-catatan masa lalu. Di jaman kesultanan, kehidupan masyarakat ditandai dengan bertani, berdagang, dan berlayar termasuk nelayan. Dari corak kehidupan ini terlihat bahwa peralatan hidup bagi petani masih terbatas pada alat-alat gali dan lain-lain termasuk pemanfaatan hewan sebagai sumber energi.
Angkutan dan teknologi pelayaran masih memanfaatkan energi angin yang karenanya berkembang pengetahuan ramalan cuaca secara tradisional, misalnya dengan memanfaatkan tanda-tanda alam. Demikian pula teknik pengolahan logam, pembuatan bejana, dan lain-lain, memanfaatkan energi alam dan manusia. Tentu saja aspek (unsur kebudayaan) ini secara struktural mengalami perubahan pada kini dan nanti, meski secara fungsional mungkin tetap.

6.    Sistem Mata Pencaharian Hidup
Gambaran perkembangan mengenai hal ini untuk sejarah manusia, akan tersentuh dengan kehidupan primitif, dari hidup berburu sampai bercocok tanam. Hubungannya dengan kebudayaan Banten, sistem mata pencaharian hidup sebagai salah satu unsur kebudayaan, terlihat dari jaman kesultanan. Mata pencaharian hidup dari hasil bumi menampilkan adanya pertanian. Dalam sistem pertanian itu ada tradisi yang masih nampak, misalnya hubungan antara pemilik tanaman (petani) dan orang-orang yang berhak ikut mengetam dengan pembagian tertentu menurut tradisi.
Dalam nelayan misalnya ada sistem simbiosis antara juragan dan pengikut-pengikutnya dalam usaha payang misalnya. Kedua belah pihak dalam mata pencaharian hidup itu terjalin secara tradisional dalam sistem mata pencaharian. Mungkin pula hubungan itu menjadi hubungan kekerabatan atau hubungan Patron-Clien.
Pada masa kini kemungkinan sistem tersebut sudah berubah, disamping karena perubahan mata pencaharian hidup, juga berubah dalam sistemnya karena penemuan peralatan (teknologi) baru. Demikian pula kemungkinan di masa yang akan datang.

7.    Kesenian
Kesenian adalah keahlian dan keterampilan manusia untuk menciptakan dan melahirkan hal-hal yang bernilai indah. Ukuran keindahannya tergantung pada kebudayaan setempat, karena kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan. Dari segi macam-macamnya, kesenian itu terdapat banyak macamnya, dari yang bersumber pada keindahan suara dan pandangan sampai pada perasaan, bahkan mungkin menyentuh spiritual.
Ada tanda-tanda kesenian Banten itu merupakan kesenian peninggalan sebelum Islam dan dipadu atau diwarnai dengan agama Islam. Misalnya arsitektur mesjid dengan tiga tingkat sebagai simbolisasi Iman, Islam, Ihsan, atau Syari’at, tharekat, hakekat. Arsitektur seperti ini berlaku di seluruh masjid di Banten. Kemudian ada kecenderungan berubah menjadi bentuk kubah, dan mungkin pada bentuk apa lagi, tapi yang nampak ada kecenderungan lepas dari simbolisasi agama melainkan pada seni itu sendiri.
Arsitektur rumah adat yang mengandung filosofi kehidupan keluarga, aturan tabu, dan nilai-nilai prifasi, yang dituangkan dalam bentuk ruangan paralel dengan atap panggung Ikan Pe, dan tiang-tiang penyanggah tertentu. Filosofi itu telah berubah menjadi keindahan fisik sehingga arsitekturnya hanya bermakna aestetik.

Mengenai kesenian lain, ada pula yang teridentifikasi kesenian lama (dulu) yang belum berubah, kecuali mungkin kemasannya. Kesenian-kesenian dimaksud ialah:
o   Seni Debus Surosowan
o   Seni Debus Pusaka Banten
o   Seni Rudat
o   Seni Terbang Gede
o   Seni Patingtung
o   Seni Wayang Golek
o   Seni Saman
o   Seni Sulap-Kebatinan
o   Seni Angklung Buhum
o   Seni Beluk
o   Seni Wawacan Syekh
o   Seni Mawalan
o   Seni Kasidahan
o   Seni Gambus
o   Seni Reog
o   Seni Calung
o   Seni Marhaban
o   Seni Dzikir Mulud
o   Seni Terbang Genjring
o   Seni Bendrong Lesung
o   Seni Gacle
o   Seni Buka Pintu
o   Seni Wayang Kulit
o   Seni Tari Wewe
o   Seni Adu Bedug
o   Dan lain-lain

Kesenian-kesenian tersebut masih tetap ada, mungkin belum berubah kecuali kemasan-kemasannya, misalnya pada kesenian kasidah dan gambus. Relevansi kesenian tradisional ini mungkin, jika berkenaan dengan obyek kajian penelitian maka yang diperlukan adalah orisinilitasnya. Tetapi jika untuk kepentingan pariwisata maka perlu kemasan yang menarik tanpa menghilangkan substansinya.
Walaupun mungkin, secara umum kesenian-kesenian tersebut akan tunduk pada hukum perubahan sehubungan dengan pengaruh kebudayaan lain. Mungkin karena tidak diminati yang artinya tidak ada pendukung pada kesenian itu, bisa jadi lama atau tidak, akan punah. Karena itu, mengenai kesenian yang tidak boleh lepas dari nilai-nilai Kebudayaan Banten, bisa jadi atau malah harus ada perubahan kemasan.



Sumber :

Minggu, 18 November 2012

Hakikat Ilmu Budaya Dasar dan Hubungan Budaya dengan Teknologi


HAKIKAT ILMU BUDAYA DASAR


v  Ilmu Budaya Dasar
Secara umum, pengertian kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

v   Pokok yang terkandung dari definisi kebudayaan, antara lain :
1.        Kebudayaan yang terdapat antar umat manusia yang sangat beragam.
2.        Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran.
3.        Kebudayaan dijabarkan melalui komponen biologi, psikologi, dan sosiologi.
4.        Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam beberapa aspek seperti kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya daerah, dan budaya nasional.

v   Latar belakang Ilmu Budaya Dasar
Latar belakang ilmu budaya dasar dalam konteks budaya, negara, dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan :
1.        Indonesia terdiri atas berbagai suku, bangsa, dan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaan yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan kesukuan dan kedaerahan.
2.        Terdapat dampak positif dan negatir dari proses pembangunan berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga berpengaruh terhadap sikap manusia. Dampak yang lebih jauh dari pembenturan nilai budaya ini akan timbul konflik-konflik dalam kehidupan.
3.        Kemajuan ilmu pengetahuan dalam teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik terhadap nilai-nilai budaya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakannya. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalen teknologi yang disamping memiliki dampak positif, juga memiliki dampak negative yang membuat manusia menjadi resah dan gelisah.

v   Tujuan Ilmu Budaya Dasar
1.        Mengenal lebih dalam tentang dirinya sendiri dan orang lain yang sebelumnya hanya dikenal luarnya saja.
2.        Mengenal perilaku diri sendiri maupun orang lain.
3.        Sebagai bekal penting untuk pergaulan hidup.
4.        Bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia.
5.        Tanggap terhadap hasil budaya manusia secara lebih mendalam sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah yang ditimbulkan dari perilaku manusia dan hal yang diciptakannya sendiri.
6.        Mampu menghargai budaya yang ada di sekitarnya dan ikut serta dalam mengembangkan budaya bangsa untuk melestarikan budaya leluhur yang diturunkan  dari nenek moyang kita.
7.        Sebagai calon pemimpin bangsa, agar disiplin dalam ilmu dan tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan kekotaan atau disebut dengan disiplin ilmu yang kaku.

Berdasarkan dari definisi mengenai Ilmu Budaya Dasar yang telah dijelaskan, terdapat beberapa aspek yang terkandung di dalamnya. Aspek-aspek tersebut adalah :
§   Aspek kehidupan yang intinya menangani dan mengungkapkan masalah kemanusiaan dan kebudayan dengan pendekatan pengetahuan budaya (The Humanities), dari berbagai macam segi disiplin ilmu kebudayaan atau keahlian maupun ilmu-ilmu gabungan.
§   Hakekat manusia yang satu (universal), namun banyak perbedaan- perbedaan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Keanekaragaman tersebut terbentuk akibat adanya perbedaan ruang, tempat, waktu, proses adaptasi, keadaan sosial budaya, lingkungan alam, dimana terwujud dalam berbagai bentuk ekspresi seperti: ungkapan, pikiran, dan perasaan, tingkah laku, dan hasil kelakuan mereka.

Melihat dari kedua masalah diatas, keduanya merupakan inti masalah pokok yang dibahas dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesama manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai moral dan bagaimana pula hubungan manusia dengan Tuhan menjadi tema sentral dalam Ilmu Budaya Dasar.


Pokok bahasan yang akan dikembangkan adalah :
a.       Manusia dan cinta kasih
Cinta kasih mengandung arti yang berbeda-beda, misalnya istilah jatuh cinta, dilamun asmara, atau cinta kasih seorang ibu kepada bayinya, cinta kasih terhadap tanah air, cinta kasih terhadap alam, cinta kasih terhadap musik, mencintai sesama manusia seperti mencintai diri sendiri atau cinta seorang lelaki pada seorang perempuan. Semua istilah tersebut tidak sama tetapi merupakan variasi-variasi sekian banyak.
Kasih sayang adalah kebahagian manusia, oleh karena itu setiap manusia pasti pernah merasa atau mengalaminya dan sekaligus inti dari permasalahan yang dihadapi dan dialami manusia, dimana kasih sayang menimbulkan daya kreatifitas manusia untuk mencipta atau menikmati hasil seni budaya atau karya-karya.

b.        Manusia dan keindahan
Menurut cakupannya, orang harus membedakan antara keindahan sebagai kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda yang indah. Untuk membedakan kedua hal ini, dalam bahasa inggris sering digunakan istilah "Beauty" (keindahan) dan "The Beautiful" (benda atau hal yang indah). Selain itu, pengertian keindahan dibedakan menjadi :
·               Keindahan dalam arti luas keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual.
·               Keindahan dalam arti setetik murni pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
·               Keindahan dalam arti terbatas benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yaitu berupa keindahan bentuk dan warna.

Dengan panca indera kita setiap saat menikmati keindahan dan berusaha menciptakan atau berbuat memperindah agar lebih menarik, mempesona dan menyenangkan bagi yang melihatnya. Semua itu menunjukkan bahwa setiap manusia mencintai keindahan.

c.        Manusia dan penderitaan
Penderitaan → Ujian atau bahkan cobaan dari Tuhan, apakah seseorang memiliki iman yang kuat atau tidak. Penderitaan menjadi suatu proses yang harus dilewati.

Ada bermacam-macam perbuatan manusia sebagai perwujudan dari keteguhan hatinya untuk ikut merasakan penderitaan orang lain, hal ini sesuai dengan kerelaan, kesanggupan, kemampuan dan tekat yang ada padanya. Disisi lain bagi para seniman, penderitaan itu merupakan sumber imajinasi sehingga hatinya bergerak untuk menuangkan penderitaan itu dalam bentuk karya seni, untuk dikomunikasikan dengan para pembaca atau para penonton. Dengan memperlajari berbagai kasus penderitaan manusia lewat karya seni, berarti banyak mempelajari sikap, nilai harga diri, ketamakan, kesombongan orang dan sebagainya. Dan manfaatnya untuk memperluas persepsi, tanggapan, wawasan dan penalaran untuk memperluas persepsi bagi yang mempelajarinya.

d.       Manusia dan keadilan
Manusia dan keadilan merupakan salah satu konsep dari berbagai masalah dasar manusia yang merupakan inti permasalahan yang dihadapi dan dialami manusia. Setiap orang pasti pernah mengalami dan merasakan keadilan, biasanya orang membicarakan keadilan sebagai satu dengan hukum sedangkan hak dibicarakan satu nafas dengan kewajiban.
M. Ruer menyatakan bahwa keadilan berbeda dengan hukum, sebab hukum merupakan pelaksanaan dari kekuasaan sedangkan keadilan merupakan suatu ide keseimbangan perbandingan.
Dapat kiranya dikemukakan bahwa keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Seseorang yang mengaku hak hidupnya, maka ia wajib mempertahankan hak hidupnya tesebut dengan bekerja keras tanpa merugikan orang lain. Hal ini berarti bahwa seseorang itu mengakui hak hidup orang lain.

Kewajiban dimaksudkan sebagai suatu tugas yang harus dijalankan oleh setiap manusia untuk mempertahankan dan membela hak berupa :
·         Kewajiban terhadap diri sendiri
·         Kewajiban terhadap orang lain atau masyarakat
·         Kewajiban terhadap Negara
·         Kewajiban terhadap Tuhan 

e.        Manusia dan pandangan hidup
Pandangan hidup dapat disamakan seperti kompas dari sebuah kapal, manusia yang tidak berpandangan hidup adalah sama seperti kapal yang tidak ada kompasnya sehingga akan terombang-ambing.
Pandangan hidup sesuatu bangsa adalah suatu kristalisasi dan nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakinin kebenarannya dan dapat menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
Dalam kehidupan manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup dan semuanya itu merupakan suatu pandangan hidup.

f.         Manusia dan tanggung jawab serta pengabdian
·         Tanggung Jawab terhadap diri sendiri Manusia adalah mahluk bermoral tidak dengan sendirinya ataupun tidak sendirinya dapat memberi jawaban yang sesuai dengan tuntutan nilai moral itu sendiri.
·          Tanggung Jawab terhadap kerluarga Munculnya keluarga dalam masyarakat yaitu yang diartikan sebagai kelompok kecil masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak. Keberadan keluarga harus dipertahankan dalam arti yang berhubungan demi kelangsungan hidup keluarga serta menyangkut harga diri, kehormatan atau nama baik keluarga.
·         Tanggung jawab terhadap masyarakat Manusia adalah mahluk sosial yang pengertiannya dapat dikembangkan dalam hidup serbagai anggota suatu keluarga, antar keluarga dan masyarakat yang lebih luas selalu menunjukkan adanya keharusan dan ketergantungan
·         Tanggung jawab terhadap bangsa dan Negara Setiap individu itu adalah warga Negara yang sekaligus warga dari suatu bangsa dalam suatu Negara. Kehidupan berbangsa dan bernegara berarti di dalamnya juga setiap warga Negara atau anggotanya terikat di dalamnya juga pada norma, maka di dalam kehidupannya sebagai anggota atau warga Negara wajib bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.
·         Tanggung jawab terhadap Tuhan Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang berari manusia juga milik Tuhan. Manusia dalam penciptaannya diberi kelebihan dari mahluk hidup lainnya oleh Tuhan. Bahwa manusia diberi akal dan budi sehingga di dalam mengembangkan diri hanya manusia mahluk yang berbudaya.

g.        Manusia dan kegelisahan
Kegelisahan perasaan gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik. Gelisah artinya rasa yang tidak tenteram dihati, dimana seseorang yang sedang mengalami rasa gelisah dapat dihantui rasa khawatir atau takut.

Menurut Sigmund Freud, kecemasan dibagi menjadi tiga macam yaitu :
·         Kecemasan Objektif (kenyataan), suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan suatu bahaya yang sumbernya dari luar atau dalam dunia luar.
·         Kecemasan neurotic (saraf), kecemasan yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan tentang bahaya dari naluriah.
·         Kecemasan moral, hal ini disebabkan karena adanya sifat iri, benci, dendam, dengki, marah, takut, gelisah, cinta, dan rasa kurang. Dengan adanya sifat itu, manusia akan mengalami rasa khawatir, takut, cemas, gelisah dan putus asa.

h.       Manusia dan harapan
Harapan keinginan supaya sesuatu yang terkandung didalam hati terjadi atau terwujud. Tanpa harapan manusia tidak ada artinya sebagai manusia, dimana manusia yang tidak mempunyai harapan berarti tidak dapat diharapkan lagi.

Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia atas lima macam kebutuhan yang merupakan harapan manusia yaitu sebagai berikut :
·               Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival).
·               Harapan untuk memperoleh keamanan (safety).
·               Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (be loving and love).
·               Harapan untuk memperoleh status atau diterima/diakui oleh lingkungan.
·               Harapan untuk memperoleh perwujudan cita-cita (self actualization).



HUBUNGAN BUDAYA DENGAN TEKNOLOGI



Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, dengan diberi kelebihan berupa anugrah akal dan pikiran. Dengan kelebihan itu, manusia menggunakannya untuk menciptakan karya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Kita biasanya menyebutnya sebagai budaya, yang merupakan hasil cipta, karsa, rasa manusia, sehingga menciptakan unsur dan wujud kebudayaan itu sendiri. Unsur dan Wujud kebudayaan tersebut sebagai bukti jika manusia menggunakan dan memaksimalkan kelebihan yang diberika Tuhan kepadanya.
Dewasa ini perkembangan pemikiran manusia telah melesat jauh lebih maju dari masa ke masa, sehingga kebudayaan yang dihasilkan memiliki kemajuan dan perubahan kearah yang lebih maju sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan manusia untuk menciptakannya. Abad ke dua puluh merupakan kelanjutan babak dimana manusia menciptakan berbagai macam teknologi canggih yang dahulu memang sudah ada namun belum secanggih saat ini. Teknologi ini merupakan bagian dari kebudayaan manusia, karena merupakan hasil dari cipta, karsa, rasa manusia itu sendiri.
Bagaimana teknologi yang berkembang maju didalam kehidupan manusia saat ini membuat peruabahan dalam kehidupan manusia, perubahan yang diharapkan namun juga tidak diharapkan, dengan adanya teknologi yang semakin canggih, sudah barang tentu terdapat konsekuensi-konsekuensi yang harus diterima oleh manusia, terlebih masyarakat Indonesia yang notabene nya kebudayaan yang dimiliki masih banyak yang bersifat tradisional. Hal ini sangat menarik untuk dikaji oleh sosiolog yang memiliki peran sentral dalam melihat fenomena kehidupan yang ada di masyarakat. Sehingga dengan mengkaji hal semacam ini, membuka jendela dunia kehidupan masyarakat saat ini yang bergelimang dengan kecanggihan teknologi.

v   Teknologi
Konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body of knowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi, menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja, dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. “secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknologi sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani” (Eugene Staley, 1970).
Dari batasan di atas jelas, bahwa teknologi sosial pembangunan memerlukan semua science dan teknologi untuk dipertemukan dalam menunjang tujuan-tujuan pembangunan, misalnya perencanaan dan programing pembangunan, organisasi pemerintah dan administrasi negara untuk pembangunan sumber-sumber insani (tenaga kerja, pendidikan dan latihan), dan teknik pembangunan khusus dalam sektor-sektor seperti pertanian, industri, dan kesehatan.
Teknologi yang berkembang dengan pesat, meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Maka sekarang nampaknya sulit memisahkan kehidupan manusia dengan teknologi, bahkan sudah merupakan kebutuhan manusia. Awal perkembangan teknik yang sebelumnya merupakan bagian dari ilmu atau bergantung dari ilmu, sekarang ilmu dapat pula bergantung pari teknik.contohnya dengan berkembang pesatnya teknologi komputer dan teknologi satelit ruang angkasa, maka diperoleh pengetahuan baru dari hasil kerja kedua produk teknologi tersebut.

Luasnya bidang teknik, digambarkan oleh Ellul sebagai berikut :
§  Teknik meliputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan kapital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi. Bahkan ilmu ekonomi sendiri terserap oleh teknik.
§  Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum, dan militer.
§  Teknik meliputi bidang manusiawi, seperti pendidikan, kerja, olahraga, hiburan, dan obat-obatan. Teknik telah menguasai seluruh sektor kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik. Pada masyarakat teknologi, ada tendensi bahwa kemajuan adalah suatu proses dehumanisasi secara perlahan-lahan sampai akhirnya manusia takluk pada teknik (Munandar, 2009: 218).

v   Pergeseran Budaya dan Teknologi
Globalisasi merupakan suatu tatanan mendunia yang tercipta akibat adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga unsur-unsur budaya suatu kelompok masyarakat bisa dikenal dan diterima oleh kelompok masyarakat lainnya. Adanya pertukaran unsur-unsur budaya karena globalisasi ini mengakibatkan dampak-dampak yang besar bagi masyarakat. Globalisasi merupakan suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi yang mengikuti sistem nilai dan kaidah yang sama antara masyarakat di seluruh dunia karena adanya kemajuan transportasi dan komunikasi sehingga memperlancar interaksi antar warga dunia. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang bisa merubah semuanya untuk lebih baik dan terarah.
Lewat terjadinya proses globalisasi ini, perubahan yang paling jelas terlihat adalah perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) . Tentunya pesatnya perubahan dalam bidang TIK ini pun membawa banyak perubahan budaya bagi masyarakat, karena dengan menggunakan media ini banyak hal yang dapat kita lakukan dan lebih banyak sumber ilmu pengetahuan yang dapat kita akses. Meskipun tentunya disertai dengan berbagai pengaruh negatif yang termasuk didalamnya.
Teknologi dan Informatika (TIK) adalah bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yang merupakan suatu media atau alat bantu khususnya dalam dunia pendidikan yang mempermudah mengakses informasi dan merangsang siswa untuk belajar. Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan salah satu hasil usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang erat seperti diketahui bahwa iptek menjadi bagian utama dalam isi pendidikan. Dengan kata lain pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan perkembangan iptek.

v   Dampak Pergeseran Budaya
1.    Pengaruh Positif
Perkembangan teknologi tak pelak juga memengaruhi kebudayaan. Kebudayaan dan industrinya tertuang antara lain melalui pasar maya. Pengaruh positif yang dapat pula dirasakan dengan adanya adalah peningkatan kecepatan, ketepatan, dan kemudahan yang memberikan efisiensi waktu, tenaga dan biaya. Sebagai contohnya yang mudah dilihat di sekitar kita adalah pengiriman surat hanya memerlukan waktu singkat, karena kehadiran surat elektronis (email), ketelitian hasil perhitungan dapat ditingkatkan dengan adanya komputasi numeris, pengelolaan data dalam jumlah besar juga bisa dilakukan dengan mudah yaitu dengan basis data (database), sejak internet begitu mudah diakses, maka beberapa pelaku industri budaya memercayakan proses industri seperti produksi, promosi, distribusi, dan transaksi melalui jalur maya ini.

2.    Pengaruh Negatif
Sedangkan pengaruh negatif adalah teknologi informasi mempunyai daya tarik tersendiri yang bisa membuat manusia lupa akan dirinya sendiri. Seperti lewat game, jejaring sosial dan pornografi. Yang paling hangat dalam ingatan kita tentunya kasus penculikan dan perkosaan yang dilakukan oleh pelajar beberapa waktu lalu yang justru dilakukan setelah pada mulanya berkenalan lewat media teknologi jejaring sosial online facebook. Dalam pengiriman ucapan selamat dan lainnya via ponsel maupun E-mail, satu hal yang dapat dirasakan, kini tak ada lagi yang namanya rasa kehangatan ataupun perasaan menunggu-nunggu kiriman surat dari sang kekasih atau orang yang dicintai, karena dalam waktu sekian menitpun pasti akan ada jawabannya. Pergeseran akibat teknologipun sedikit demi sedikit mampu mengikis rasa kehangatan dan kekeluargaan yang ada dalam kekerabatan sekaligus pula mempermudah komunikasi tanpa jangka waktu yang lama.



Sumber :