Senin, 06 Januari 2014

Less Bad & More Good!

Membuat resolusi di tahun baru butuh evaluasi di tahun lama. 2013 tahun yang siklusnya naik turun, segala rasa ada di tahun 2013. Gak semua cita-cita atau impian udah tercapai di tahun 2013, masih banyak cita-cita atau impian yang belum tercapai dan butuh evaluasi diri terlebih dahulu. Masih perlu banyak perubahan untuk membenahi perilaku, perkataan, serta usaha pencapaian cita-cita dan impian yang belum tercapai di tahun 2013. Semua evaluasi yang dilakukan bisa kita jadikan sebagai acuan membuat resolusi di tahun 2014. Di 2014 banyak hal yang harus diperbaiki yang dimulai dari diri sendiri. Mengurangi hal-hal buruk dan menambah hal-hal baik dapat dijadikan patokan untuk membuat resolusi di tahun 2014. Ini dia resolusi sederhana! 

“Less Talking More Listening” di tahun 2014, harus bisa mengurangi bicara yang tidak perlu daripada harus banyak bicara hal-hal yang tidak penting dan menyingguung orang lain.

“Less Planning More Doing” di tahun 2014, daripada harus terlalu banyak merencanakan sesuatu tetapi tidak terlaksana, lebih baik langsung bertindak dengan syarat sudah dipikir segala resiko baik dan buruk, karena segala perilaku pasti memiliki resiko.

“Less Complaining More Encouraging” di tahun 2014, harus bisa mengurangi segala keluhan keluhan yang biasa dilontarkan di tahun tahun sebelumnya, semua pekerjaan pasti membuat lelah tetapi bila kita bahagia mengerjakannya pasti pekerjaan berat akan terasa lebih ringan.

“Less Worrying More Hoping” di tahun 2014, dibandingkan harus mengkhawatirkan segala hasil pekerjaan atau tugas, lebih baik menerima apapun hasilnya yang penting sudah berusaha mengerjakan tugas semaksimal mungkin karena bagaimanapun hasilnya, itulah hasil usaha dan kerja keras diri sendiri, apabila hasilnya kurang memuaskan maka itulah pelajaran bagi kita.

“Less Hate More Love” di tahun 2014, harus bisa berperilaku baik lagi pada semua orang karena setiap orang pasti memiliki sisi baik dan sisi buruknya.

Penyadapan di Indonesia

Indonesia dan Australia akan menyusun protokol serta kode etik hubungan kedua negara untuk menjamin tidak terulangnya tindakan merugikan yang dilakukan salah satu negara. Setelah protokol terbentuk, dijalankan, dan memberikan rasa percaya, baru Indonesia bersedia melanjutkan kerja sama dengan Australia.
Sikap Indonesia yang mengajak Australia menyusun protokol dan kode etik bagi hubungan kedua negara merupakan respons Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas surat balasan Perdana Menteri Australia Tony Abbott. Respons ini disampaikan Yudhoyono dalam keterangan pers seusai rapat terbatas membahas surat balasan Abbott, Selasa (26/11), di Kantor Presiden.
”Saya akan menugasi Menteri Luar Negeri atau utusan khusus untuk mendiskusikan secara mendalam isu-isu sensitif, termasuk hubungan bilateral Indonesia-Australia pasca-penyadapan,” tutur Presiden. Pembahasan tersebut akan menjadi dasar upaya selanjutnya, yaitu membahas protokol dan kode etik.
Jika sudah selesai disusun, kode etik dan protokol akan disahkan di hadapan kepala pemerintahan kedua negara. Setelah itu, Australia dan Indonesia akan menjalankan kode etik itu sebaik mungkin. Evaluasi ataupun observasi dilakukan untuk menilai pelaksanaan protokol/kode etik.
Sebagai tahap terakhir, menurut Yudhoyono, setelah Indonesia memiliki kepercayaan, kerja sama bilateral dapat dilanjutkan, termasuk kerja sama militer dan kepolisian. Presiden menjelaskan, surat balasan Abbott mempunyai tiga pesan penting. Pertama, Australia ingin menjaga dan melanjutkan hubungan bilateral kedua negara. Kedua, Abbott berkomitmen bahwa Australia tidak akan melakukan sesuatu di masa depan yang akan merugikan ataupun mengganggu Indonesia. Ketiga, Abbott setuju dan mendukung usul Yudhoyono agar dilakukan penataan kembali kerja sama bilateral, termasuk pertukaran intelijen dengan menyusun protokol/kode etik yang jelas, adil, dan dipatuhi.
Yudhoyono mengatakan, saat ini ada belasan ribu mahasiswa Indonesia di Australia. Tidak sedikit pula warga Indonesia yang bekerja di Australia.

”Demikian juga ada ratusan ribu warga Australia yang menjadi wisatawan, selain bekerja dan bertugas di Indonesia,” kata Presiden.

Sumber: