Senin, 20 April 2015

Krisis Air Bersih

Indonesia mengalami peningkatan intensitas dan frekuensi perubahan cuaca yang ekstrim dan mengkhawatirkan. Permasalahan seperti banjir, kekeringan dan kejadian-kejadian yang berawal dari penebangan hutan secara ilegal dan kerusakan hutan sering terjadi secara berulang belakangan di Indonesia. Masalah pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan kelangkaan air bersih menjadi masalah yang menonjol pada musin kemarau. Kelangkaan air bersih semakin bertambah parah setiap tahun akibat bertambahnya penduduk dan meningkatnya kegiatan ekonomi. 
Salah satu daerah yang mengalami kelangkaan air bersih yaitu pada daerah Jawa Timur. Gubernur Jawa Timur mengatakan kondisi mata air di Jawa Timur sudah cukup kritis sehingga ketersediaan air bersih sudah cukup langka. Berdasarkan laporan yang diperoleh Gubernur Jawa Timur diketahui dari 117 mata air yang ada, kini tersisa 53 sumber. Bahkan, ketika musim kemarau datang, sumber air hanya tersisa tiga. Upaya menyelamatkan sumber mata air dari kerusakan dengan melakukan konservasi melalui penanaman pohon di daerah sumber mata air, serta di sekitar daerah aliran sungai diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tak hanya di Jawa Timur, krisis air bersih terjadi di banyak kota di Indonesia, termasuk di ibukota RI, DKI Jakarta.  Dari data penelitian, 125 juta (65 persen) penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa yang kapasitas kandungan airnya hanya 4,5 persen saja.
Kerusakan lahan dan hutan menjadi salah satu penyebab menipisnya persediaan air bersih. Kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab besarnya erosi dalam sebuah ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga dapat mengganggu pasokan atau ketersediaan air untuk air minum dan air untuk mendukung kegiatan-kegiatan domestik, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), pertanian, industri dan sebagainya. Kerusakan hutan juga berdampak terhadap kesehatan. Tentang dampak yang membahayakan kesehatan itu, peneliti Sarah Olson dari Universitas Wisconsin, Amerika Serikat, dalam laporan penelitiannya di jurnal Emerging Infectious Diseases (2010) mengatakan, pengundulan hutan di Amazon membantu nyamuk berkembang dan menyebabkan angka malaria melonjak.
Permasalahan tersebut dapat diminimalisir dengan kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan, seperti pelestarian hutan. Penebangan hutan yang semakin marak terjadi di Indonesia. Semakin tingginya pembangunan gedung-gedung membuat lahan di Indonesia berkurang. Penanaman pohon kembali menjadi salah satu kegiatan pelestarian lingkungan. Pohon-pohon yang ditanam sebaiknya juga dipelihara sampai pohon itu jadi dan bermanfaat bagi semua. Kegiatan lainnya yang dapat dilakukan yaitu memperbaiki jaringan hidrologi tiap wilayah sungai sebagai pendeteksi perubahan ketersediaan air serta pengolahan air dan sumber air. Pembangunan waduk juga perlu dilakukan untuk menampung air di musim penghujan yang dapat dimanfaatkan pada musim kemarau. Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan para warga untuk mencari solusi lain untuk mengatasi permasalahan krisis air yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

Sumber berita:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar