Indonesia mengalami
peningkatan intensitas dan frekuensi perubahan cuaca yang ekstrim dan
mengkhawatirkan. Permasalahan seperti banjir, kekeringan dan kejadian-kejadian
yang berawal dari penebangan hutan secara ilegal dan kerusakan hutan sering
terjadi secara berulang belakangan di Indonesia. Masalah pemanasan global dan
perubahan iklim menyebabkan kelangkaan air bersih menjadi masalah yang menonjol
pada musin kemarau. Kelangkaan air bersih semakin bertambah parah setiap tahun
akibat bertambahnya penduduk dan meningkatnya kegiatan ekonomi.
Salah satu daerah
yang mengalami kelangkaan air bersih yaitu pada daerah Jawa Timur. Gubernur
Jawa Timur mengatakan kondisi mata air di Jawa Timur sudah cukup kritis
sehingga ketersediaan air bersih sudah cukup langka. Berdasarkan laporan yang diperoleh
Gubernur Jawa Timur diketahui dari 117 mata air yang ada, kini tersisa 53
sumber. Bahkan, ketika musim kemarau datang, sumber air hanya tersisa tiga. Upaya
menyelamatkan sumber mata air dari kerusakan dengan melakukan konservasi
melalui penanaman pohon di daerah sumber mata air, serta di sekitar daerah
aliran sungai diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tak hanya di
Jawa Timur, krisis air bersih terjadi di banyak kota di Indonesia, termasuk di
ibukota RI, DKI Jakarta. Dari data
penelitian, 125 juta (65 persen) penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa yang
kapasitas kandungan airnya hanya 4,5 persen saja.
Kerusakan lahan dan
hutan menjadi salah satu penyebab menipisnya persediaan air bersih. Kerusakan
lahan merupakan faktor utama penyebab besarnya erosi dalam sebuah ekosistem
Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga dapat mengganggu pasokan atau ketersediaan
air untuk air minum dan air untuk mendukung kegiatan-kegiatan domestik,
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), pertanian, industri dan sebagainya. Kerusakan
hutan juga berdampak terhadap kesehatan. Tentang dampak yang membahayakan
kesehatan itu, peneliti Sarah Olson dari Universitas Wisconsin, Amerika
Serikat, dalam laporan penelitiannya di jurnal Emerging Infectious Diseases
(2010) mengatakan, pengundulan hutan di Amazon membantu nyamuk berkembang dan
menyebabkan angka malaria melonjak.
Permasalahan
tersebut dapat diminimalisir dengan kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan,
seperti pelestarian hutan. Penebangan hutan yang semakin marak terjadi di
Indonesia. Semakin tingginya pembangunan gedung-gedung membuat lahan di
Indonesia berkurang. Penanaman pohon kembali menjadi salah satu kegiatan
pelestarian lingkungan. Pohon-pohon yang ditanam sebaiknya juga dipelihara
sampai pohon itu jadi dan bermanfaat bagi semua. Kegiatan lainnya yang dapat
dilakukan yaitu memperbaiki jaringan hidrologi tiap wilayah sungai sebagai
pendeteksi perubahan ketersediaan air serta pengolahan air dan sumber air.
Pembangunan waduk juga perlu dilakukan untuk menampung air di musim penghujan
yang dapat dimanfaatkan pada musim kemarau. Pemerintah juga dapat bekerja sama
dengan para warga untuk mencari solusi lain untuk mengatasi permasalahan krisis
air yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Sumber berita: