CUBLAK-CUBLAK SUWENG
Jawa Tengah
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundung gudhel
Pak gempo lerak-lerek
Sopo ngguyu ndelekakhe
Sir-sir pong dele kopong
Sir-sir pong dele kopong
Sir-sir pong dele kopong
Makna Lagu :
Kita sebagai manusia biasa yang
tercipta dari tanah. Makanya dalam permainan seorang anak harus telungkup
mencium tanah seolah sedang sujud. Hanya manusia biasa yang tak tak tahu
apa-apa. Namun manusia tetap ada hasrat nafsu sebagaimana nabi Adam dikeluarkan
dari surga karena mencium wanita. Manusia mempunyai hasrat nafsu harta, tahta
dan wanita. Dalam lagu daerah ini manusia tetap memenuhi hasratnya untuk
mencari harta (”cublak-cublak suweng”). Namun harta tercecer dimana-mana dan
semua orang pasti menginginkannya. Begitu mudahnya tercium ’bau’ harta sampai
orang tak berilmu pun tahu, kita tahu bahwa setiap hari ada maling, copet,
koruptor yang mengincar harta. Zaman sekarang istilah koruptor identik dengan
”tikus” yang sama saja binatang atau ”gudhel” dalam lagu ini. Berarti zaman
lagu dan permainan ini ditemukan, sudah diajarkan kepada masyarakat bahwa kita
harus was-was akan bahaya koruptor.
Dan kita tahu tampang para koruptor
seperti apa, biasanya mereka selalu senyum mesem-mesem (”sopo ngguyu
ndelekakhe”). Lihatlah tampangnya para koruptor yang tetap saja nyengir
meskipun sudah dipanggil KPK.
Cara terbaik untuk mencari harta
adalah dengan hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu dsb. Dengan
hati nurani akan lebih mudah menemukannya, tidak tersesat.
Ternyata memang luar biasa makna
permainan Jawa yang diajarkan Sunan Giri ini. Walisongo memang telah
mengajarkan mengenai suatu perjalanan hidup setiap manusia sehari-hari. Setiap
hari kita mencari harta, harta tak hanya berupa kekayaan bisa berupa ilmu,
jabatan, dan setiap pemuas kebutuhan hidup manusia. Permainan ini diajarkan
penyebar Islam di tanah Jawa sehingga pastilah berlandaskan Islam, untuk
mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati
nurani/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar