Flora:
Kokoleceran
Kokoleceran adalah maskot provinsi Banten
yang merupakan salah satu tanaman endemik Banten yang dipercaya hanya terdapat
di Taman Nasional Ujung Kulon. Saya tidak membahas kokoleceran yang berupa
permainan tradisional dengan baling-baling bambu. Tetapi kokoleceran yang
merupakan tanaman langka bernama ilmiah Vatica bantamensis, yang menjadi flora
identitas provinsi Banten namun keberadaannya sangat misterius.
Sedikit Mengenal Kokoleceran. Kokoleceran
merupakan pohon yang mampu mencapai tinggi hingga 30 m. Pada bagian batang yang
muda memiliki bulu-bulu halus dan lebat. Daun Kokoleceran menjorong atau
melanset, dengan tangkai daun yang panjangnya mencapai 2.2 cm. Perbungaannya
malai dan terdapat di ujung daun atau di ketiak daun. Bunga kokoleceran
panjangnya mencapai 7 cm. Buah tanaman endemik ini agak bulat dan mempunyai
tangkai yang pendek sekitar 5 mm panjangnya. Pada buahnya terdapat biji yang
berdiameter mencapai 1 cm.
Pohon Kokoleceran (Vatica bantamensis)
merupakan tanaman endemik yang hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon.
Cara perkembangbiakan pohon misterius ini adalah dengan biji. Tanaman ini
berkerabat dekat dengan Resak Hiru (Vatica rassak) Yang batangnya banyak
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan pembuatan kapal.
Populasi tumbuhan yang menjadi flora
identitas provinsi Banten ini sampai sekarang masih misterius dan tidak
diketahui dengan pasti. Yang pasti IUCN Redlist memasukkan Kokoleceran (Vatica
bantamensis) dalam status konservasi “Terancam” (EN; Endangered).
Fauna:
Badak Jawa
Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil
(Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima
badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan
memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang
3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan
lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih
sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
Badak ini pernah menjadi salah satu badak
di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa",
binatang ini tidak terbatas hidup diPulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara,
sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya
sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan
tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di
bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa,
Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada diTaman Nasional
Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun
2007. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil
culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan
harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap. Berkurangnya populasi badak
ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh
perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya
populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan. Tempat yang tersisa hanya berada
di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada risiko
diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya
terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan
kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana alam
seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak
jawa akan langsung punah. Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan
kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin
terdesak. Kawasan yang diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah Taman
Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak
Jawa.
Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun
di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput
basah dan daerah daratan banjir besar. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang,
kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kelompok
kadang-kadang dapat berkumpul di dekat kubangan dan tempat mendapatkan mineral.
Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya
menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu.
Peneliti dan pelindung alam jarang meneliti binatang itu secara langsung karena
kelangkaan mereka dan adanya bahaya mengganggu sebuah spesies terancam.
Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah
laku mereka. Badak Jawa lebih sedikit dipelajari daripada spesies badak
lainnya.
Sumber:
I’m very happy to uncover this website. I need to to thank you for ones time for this fantastic read!! I definitely liked every part of it and i also have you book marked to check out new things in your blog.
BalasHapusSitus Indonesia