Perkembangan
Nasionalisme di Indonesia
Sebagai upaya
menumbuhkan rasa nasionalisme di Indonesia diawali dengan pembentukan identitas
nasional yaitu dengan adanya penggunaan istilah “Indonesia” untuk menyebut
negara kita ini. Dimana selanjutnya istilah Indonesia dipandang sebagai
identitas nasional, lambang perjuangan bangsa Indonesia dalam menentang
penjajahan. Kata yang mampu mempersatukan bangsa dalam melakukan perjuangan dan
pergerakan melawan penjajahan, sehingga segala bentuk perjuangan dilakukan demi
kepentingan Indonesia bukan atas nama daerah lagi.
Membangun Strategi Sosial Nasionalisme yang Berkelanjutan
Dalam arus globalisasi ada begitu banyak tantangan yang di
hadapi oleh berbagai negara, maka ada begitu banyak pula tuntutan untuk
menyesuaikan diri terhadap kondisi tersebut. Termasuk juga tantangan dalam
mempertahankan jati diri bangsa. Untuk menghadapi hal ini perlu adanya strategi
untuk mempertahankan identitas nasional yang merupakan jati diri bangsa,
diantaranya dengan mengembangkan nasionalisme, pendidikan, budaya dan Bela
Negara.
a. Mengembangkan
Nasionalisme
Nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan kembali dari
budaya yang telah memberi identitas sebagai anggota dari suatu masyarakat
bangsa-bangsa. Secara umum, nasionalisme dipahami sebagai kecintaan terhadap
tanah air, termasuk segala aspek yang terdapat didalamnya. Dari pengertian
tersebut ada beberapa sikap yang bisa mencerminkan sikap nasionalisme, yaitu :
1. Menggunakan
barang-barang hasil bangsa sendiri, karena bisa menambah rasa cinta dan bangga
akan hal yang di buat oleh tangan-tangan kreatif penduduknya.
2. Menghargai perjuangan
para pahlawan dalam mempertahankan bangsa ini, bisa dilakukan dengan beberapa
perbuatan misalkan membaca, menonton, mengunjungi hal-hal yang berkaitan
tentang sejarah bangsa ini lahir. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan jiwa
nasionalisme yang sudah ada dari masing-masing individu.
3. Berprestasi dalam
semua bidang misalkan dari bidang olah raga, akademik, teknologi dan lain-lain.
Hal ini bertujuan untuk menambahkan rasa bangga dan sikap rela berkorban demi
bangsa.
Ada tiga aspek penting yang tidak dapat dilepaskan dalam konteks
nasionalisme antara lain:
1. Politik. Nasionalisme
Indonesia bertujuan menghilangkan dominasi politik bangsa asing dan
menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat.
2. Sosial ekonomi.
Nasionalisme Indonesia muncul untuk menghentyikan eksploitasi ekonomi asing dan
membangun masyarakat baru yang bebas dari kemeralatan dan kesengsaraan.
3. Budaya. Nasionalisme
Indonesia bertujuan menghidupkan kembali kepribadian bangsa yang harus
diselaraskan dengan perubahan zaman.
Dengan demikian, mengembangkan sikap nasionalisme (cinta tanah air), akan
dengan sendirinya telah mempertahankan dan melestarikan keaslian dari
bangsanya, termasuk budaya atau kebiasaan, karakter, sifat-sifat, produk dalam
negeri dan adat istiadat masing-masing suku. Dengan demikian, hal ini merupakan
sikap yang menjadi salah satu faktor penentu dalam mempertahankan identitas
nasional.
b. Pendidikan
Pembinaan jati diri bangsa indonesia dapat dilaksanakan melalui jalur formal
maupun informal. Melalui jalur formal jati diri bangsa Indonesia dapat
dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan nasional mempunyai peran yang
sangat besar didalam pembentukan jati diri bangsa Indonesia. Salah satu
kenyataan bangsa Indonesia ialah memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam
dengan jumlah suku bangsa yang ratusan dengan budayanya masing-masing merupakan
kekayaan yang sangat berharga didalam pembentukan bangsa Indonesia yang
multikultural. Didalam upaya pembentukan dan mempertahankan jati diri bangsa,
peran pendidikan sangat efektif untuk menimbulkan rasa memiliki dan keinginan untuk
mengembangkan kekayaan nasional dari masing-masing budaya lokal .
Hal ini sejalan dengan penuturan Syamhalim dalam tulisannya yang ditampilkan di
blog-nya bahwa salah satu upaya untuk mengembalikan dan mengembangkan identitas
nasional adalah melalui bidang pendidikan. Socrates menegaskan bahwa pendidikan
merupakan proses pengembangan manusia kearah kearifan (wisdom), pengetahuan
(knowledge), dan etika (conduct), (Zaim. 2007). Ada dua fenomena mengapa
pendidikan adalah yang pertama dan utama, yaitu :
1. Pertama, ketika Uni
Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yang pertama Sputnic pada 4 Oktober
1957, Amerika Serikat “meradang”. Amerika adalah negara besar dengan kemampuan
teknologi yang paling maju merasa didahului oleh Uni Sovyet. Presiden AS ketika
itu memerintahkan untuk membentuk special unit. Tim ini tidak berkeinginan
untuk menandingi Uni Sovyet, tetapi tugasnya adalah meninjau kembali kurikulum
pendidikan AS mulai dari jenjang Pendidikan Dasar sampai tingkat Perguruan
Tinggi. Dengan bekerja keras dalam waktu yang singkat tim tersebut berhasil
mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan AS dari semua
jenjang pendidikan sudah tidak layak lagi dan harus direvisi. Amerika pun mulai
melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan dimensinya. Mulai dari
kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana pendidikan sampai pada
sistem evaluasi pendidikan. Usaha mereka dengan sangat cepat membuahkan hasil
yang sangat luar biasa. Pada tanggal 14 Juli 1969 mereka berhasil meletakkan manusia
pertama di permukaan bulan. Hanya dalam kurun waktu 12 tahun mereka berhasil
mengungguli teknologi Uni Sovyet. Waktu yang relatif singkat, kurang dari masa
pendidikan seorang anak dari tingkat dasar sampai jenjang perguruan tinggi. (C.
Winfield dan Scoot dalam Zaim. 2007).
2. Kedua, kejadian yang
hampir serupa ketika Jepang telah kalah dalam perang dunia II dengan dijatuhi
bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945.
Jepang praktis lumpuh dalam segala sendi kehidupan. Bahkan Kaisar Jepang waktu
itu menyatakan bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali tanah dan
air. Namun sang Kaisar langsung memanggil pucuk pimpinan dan bertanya: berapa
orang guru yang masih hidup?. Sebuah pertanyaan sederhana tapi mengandung makna
bahwa pendidikan adalah awal segalanya.
Dua fenomena diatas merupakan gambaran nyata dari urgensi
pendidikan yang telah dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh AS dan
Jepang. Langkah yang mereka ambil telah membuktikan kepada dunia bahwa kemajuan
pendidikan berarti kemajuan sebuah bangsa. Dan bangsa manapun di dunia ini yang
mengabaikan pendidikan maka akan mengalami kehancuran dari bangsanya.
Di Indonesia, jauh sebelum Bung Karno menggagas konsep kemerdekaan Indonesia,
elemen bangsa yang berbasis pendidikan seperti R.A. Kartini, HOS Cokroaminoto,
Dr. Soetomo, Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara, sudah memikirkan bangsa
ini lewat pendidikan. Tidak lama berselang giliran KH. Ahmad Dahlan mendirikan
organisasi sosial dan kependidikan dengan nama Muhammadiyah. Lewat satu Dekade
berikutnya KH. Hasyim Asy’ari ikut mencerdaskan bangsa dengan NUnya. Semua
bermuara pada pendidikan. Hasilnya, semua orang terdidik mulai memikirkan
bangsa dan berusaha lepas dari penjajahan.
c. Pelestarian Budaya
Seseorang yang di sebut berbudaya adalah seorang yang menguasai
dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis
dan moral yang hidup di dalam kebudayaan tersebut . Budaya merupakan salah
faktor penentu jati diri bangsa. Pada pengertiannya, budaya adalah hasil karya
cipta manusia yang dihasilkan dan telah dipakai sebagai bagian dari tata kehidupan
sehari-hari. Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan dalam kehidupan dalam
waktu yang lama, akan mempengaruhi pembentukan pola kehidupan masyarakat,
seperti kebiasaan rajin bekerja. Kebiasaan ini berpengaruh secara jangka
panjang, sehingga sudah melekat dan terpatri dalam diri masyarakat. Namun pada
kenyataannya budaya indonesia sekarang ini mulai menghilang karena pengaruh
budaya asing yang masuk ke indonesia, untuk itulah perlu adanya pembangunan
kembali jati diri dan budaya bangsa dan Negara, ada dua hal utama yang harus
dilakukan:
1. Merevitalisasi
kedaulatan politik, ekonomi dan budaya agar berada pada jalur yang benar sesuai
dengan hakikat bangsa yang merdeka sehingga bangsa kita mampu mandiri dan
bermartabat.
2. Mendorong political
will penyelenggaraan Negara, baik eksekutif maupun legislatif untuk membangun
dan menjabarkan kembali nilai-nilai dan semangat kebangsaan di setiap hati
nurani rakyat.
Selain pembangunan diatas, pembangunan dalam bangunan-bangunan
budaya seperti rumah adat, dan lain sebagainya juga perlu diperhatikan untuk
mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia. Dengan demikian,
jelaslah bahwa dengan melestarikan budaya bangsa, dapat memperkokoh identitas
nasional itu sendiri karena dalam setiap pelaksanaan nilai-nilai budaya,
masyarakat akan lebih cenderung melekat dan menyatu dengan budaya yang
dianutnya, selain itu juga dengan adanya keeratan dari buday ayang ada dapat
membawa nama bangsa indonesia menjadi harum, dalam arti membawa budaya
indonesia ke mancanegara atau memperkenalkan budaya yang ada ke negara luar.
d. Bela Negara
Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 berbunyi : setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Dari bunyi pasal tersebut
menunjukkan bahwa bela negara merupakan hak dan sekaligus kewajiban bagi setiap
warga negara, ini membuktikan bahwa bela negara juga menjadi suatu aturan agar
setiap warga negara harus melakukan tindakan bela negara demi ketahanan dan
eksistensi sebuah negara. Pada zaman penjajahan bela negara diartikan dengan
cara mengikuti wajib milter agar dapat membertahankan negara indonesia. Namun,
seiring berjalannya waktu ketika bangsa indonesia berhasil mengalahkan para
penjajah dan merdeka, konsep bela negara berbuah dalam arti tidak tertapaku
lagi harus mengikuti wajib iliter. Zaman sekarang ini, setiap orang dapat
melakukan bela negara dengan caranya masing-masing, menurut profesinya atau
pekerjaannya. Dalam konsep bela negara diinterpretasikan secara labih luas lagi
sehingga meliputi segala bidang dalam kehidupan bernegara. Dalam upaya
pembelaan negara ini, dilakukan secara terpadu dan disadasarkan atas kecintaan
terhadap tanah air dan bangsa. Misalnya, dalam bidang kesehatan seorang dokter
menekuni preofesinya dengan sungguh sehingga dapat membuat ia menjadi dokter
yang handal bukkan hanya di Indonesia namun juga di luar negeri. Adapun contoh
yang lain dala dunia pendidikan siswa belajar dengan rajin dan kemudian
mengikuti lomba di tingkat internasional dan dapat meraih juara. Dari berbagai
sikap yang dilakukan oleh warga negara sebagai rasa cinta terhadap negara dan
pembelaan negara ini dapat mengharumkan nama bangsa indonesia. Dengan
sendirinya juga setiap warga negara sudah memberikan sumbangsi terhadap
ketahanan nasional dan eksistensi dari pada identitas nasional.
Sumber: